Halaman

Minggu, 08 Agustus 2010

Orang Ambisius Mudah Terserang Jantung

Orang yang ambisius, umumnya tak pernah mau kalah sehingga lebih mudah frustasi dan cenderung mudah  alami stres.
Punya sifat ambisius memang menguntungkan dalam segi karier dan ekonomi. Tapi tidak dari segi kesehatan, karena orang dengan sifat ini lebih rentan terkena penyakit jantung dan pembuluh darah alias stroke.

Berdasarkan penelitian Friedman dan Rosenman, ada dua tipe sifat yang dimiliki manusia, yaitu tipe A dan tipe B.

Tipe A merupakan orang-orang yang memiliki sifat ambisius, kompetitif, tidak sabaran, agresif, terburu-buru dan mudah marah. Sedangkan orang tipe B memiliki sifat mudah bergaul dan lebih santai.

"Orang yang punya sifat tipe A, salah satunya orang yang ambisius dan kompetitif, umumnya tidak pernah mau kalah sehingga mereka akan lebih mudah frustasi dan cenderung mudah mengalami stres," ujar dr Santoso Karo Karo, MD, MPH, SpJp, Ketua Yayasan PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia), dalam acara konferensi pers Jakarta Red Run 10 K, di Kantor Yayasan Jantung Indonesia, Jakarta.



Stres merupakan salah satu faktor memicu penyakit jantung. Pola hidup dan kerja yang penuh stres karena manajemen waktu yang buruk, juga bukan tidak mungkin meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah yang sering dirasakan sebagai nyeri dada atau angina pektoris.

Pada saat orang mengalami stres, hipotalamus dalam otak akan memicu hormon stres, baik yang adrenalin maupun non-adrenalin, yang kemudian akan memicu peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah yang mengakibatkan cedera pada dinding arteri, dan pembentukan bekuan dalam pembuluh darah, serta aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah arteri).


"Orang bahkan bisa tiba-tiba meninggal karena penyakit jantung, karena pecahnya pembuluh darah yang dipicu oleh stres. Ini disebut dengan penyakit jantung akut," tutur dokter yang juga anggota Kolegium Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Indonesia.

Santoso juga menjelaskan, pada beberapa penelitian terakhir, ditemukan adanya hubungan antara stres dan perubahan dalam kadar kolesterol total, yang secara nyata menunjukkan peningkatan pesat dalam kadar lemak darah yang mengganggu mekanisme kliring lemak tubuh.

"Meski stres bukan merupakan faktor utama penyabab penyakit jantung, tapi stres paling banyak dialami orang, terutama orang dengan sifat tipe A," tambah dr Santoso yang telah pensiun sebagai spesialis jantung di RS Harapan Kita.


Untuk mengatasi hal itu, orang yang memiliki sifat tipe A seharusnya mampu menjaga pola makan dan gaya hidup yang sehat. Karena kemungkinan mengalami stres akan semakin meningkat bila orang tersebut memiliki faktor risiko utama penyakit jantung, yaitu perokok, kolesterol dan diabetes.

Santoso memberikan beberapa tips untuk menghindari stres, yaitu; selalu berdoa, berserah kepada Tuhan, jangan ngoyo, mau memaafkan, jangan terburu-buru, dan harus punya hobi.

"Kami melihat bahwa rutinitas sehari-hari atau kesibukan kantor bisa mengaburkan kesadaran ini. Sehingga satu-satunya cara adalah kemampuan mengelola waktu dengan baik sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan tanpa menimbulkan stres berlebih, di samping tentu hidup sehat," tutur dr Dewi Andang Joesoef, Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Komen ya,...